Saturday, June 11, 2011

Dream to the Jewel of the Equator

Tanggal 2 Juni tahun 2011 kemarin ini menjadi hari penting yang sudah kami tunggu sejak awal semester.

Pada tanggal ini, WINDOSA menghadirkan sebuah penampilan yang membuat nama Indonesia wangi di tengah-tengah penonton.
Kami menghadirkan seni tari dan musik dari 5 pulau besar di Indonesia dan juga pulau Bali yang terkenal di mancanegara.

Dengan ide yang didasarkan film 'Inception' kami mempersembahkan malam membanggakan itu bertajuk mimpi. Ceritanya dimulai dengan seorang perempuan dari suku di Taiwan terjatuh dan mimpi bertemu Gatot kaca dari Indonesia. Gatot Kaca ini membawanya ke Indonesia lewat sebuah penampilan berjudul, "Dream to the Jewel of the Equator -- 夢見赤道之寶"

Dimulai dari Sumatera, kami menghadirkan dua tarian yakni tari lilin yang dilanjutkan oleh tari piring. Gerakan lembut sekaligus lincah yang dihadirkan para penari, membawa senyum kepada para penonton. Beberapa terkagum-kagum melihat para penari memainkan piring dan lilin.

Dilanjutkan dengan empat penari dari Jawa Barat bertajuk 'Ngarojeng'. Dengan lincah para penari menunjukan kelincahannya dan 'goyangan'nya.
Belum selesai, beberapa orang datang dari pintu-pintu belakang penonton dan tari kecak pun dimulai. Para penonton terkaget sekaligus kagum menyaksikan aroma mistis yang dibawa, sampai di panggung, mulailah para penari bernyanyi dan menari kecak, sampai seorang perempuan datang dan menari. Perempuan inilah yang dikenal sebagai Sita.

Belum selesai, penyanyi dari Sulawesi menyanyikan 2 lagu yakni, 'ayo mama' dan 'anak kambing saya'. Ayo mama dinyanyikan dalam 3 bahasa: bahasa inggris, indonesia, dan mandarin. Lagu ini juga dipadu dengan keahlian beatbox serta permainan gitar. Setelahnya dilanjutkan dengan nyanyian-nyanyian ceria anak kambing saya yang membawa penonton berteriak,
"Caca marica, HEY HEY"

Setelah keceriaan dari Sulawesi usai. Suasana mistis kembali datang dengan tarian pengusiran setan yang dihadirkan perempuan cantik dari daerah Kalimantan. Tarian dimulai dengan setan yang sedang mencoba memasuki tubuh seorang laki-laki. Sampai akhirnya, sebuah tarian Sanggau dihadirkan untuk mengusir setan dari tubuh laki-laki itu.

Ketika setan sudah keluar dari tubuh laki-laki tadi, muncullah seorang perempuan dengan jimbe. Dengan begitu dimulailah nyanyian riang dari daerah Papua. Mereka menyanyikan lagu 'yamko rambe yamko' dipadukan dengan jimbe. Dengan bermodalkan kaus hitam dan rok dari tali rafia, para penari dan penyanyi dari Papua menambah meriah acara malam itu.

Tiraipun ditutup namun acara belum berakhir. Acara selanjutnya adalah penampilan manis yang disuguhkan para pemain angklung yang memainkan tiga lagu yaitu: Open Happiness, Mission Impossible, dan lagu terkenal dari Justin Bieber berjudul Baby. Tak sampai di situ, Windosa juga khusus mengundang 'Justin Bieber' dari Indonesia untuk berkolaborasi dengan pemain angklung.

Malam yang meriah belum berakhir tanpa kehadiran 14 penari Saman. Ketika para penari masuk, tepuk tangan bergema di auditorium. Dengan berbekal latihan sendiri tanpa guru, para penari Saman dibilang cukup berhasil memukau para penonton dengan kurang lebih delapan menit waktu penampilan.
Setelah para penari Saman masuk diiringi tepuk tangan, acara pun ditutup dengan dua buah lagu dan perkenalan para penari, penyanyi, dan semua yang terlibat dalam penampilan ini.

Malam itu, dengan hati menghadap selatan, kami yang datang dari sana merasa bangga sudah menghadirkan senyum penonton dengan menyelipkan wangi nama Indonesia yang mungkin sudah menempel di baju mereka.

Mungkin suatu saat, para penonton dapat sendiri datang ke Indonesia dengan rasa penasaran untuk mewujudkan mimpi yang telah mereka saksikan malam itu.